BELAJAR IKHLAS

Jika kerja cerdas
adalah kerja otak, kerja keras adalah kerja otot maka kerja ikhlas adalah kerja
jiwa, karena ia kerja rohani maka ia merupakan pekerjaan yang paling sulit. Menurut
Ruwaim bin Ahmad bin Yazid al-Baghdadi, ikhlas
adalah segala amal yang dilakukan pelakunya tidak bermaksud mendapatkan
balasan, baik di dunia maupun di akhirat. Ikhlas adalah orang yang
menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekannya.
Kehidupan indvidu yang senantiasa bersentuhan dengan
kehidupan sosial, menyebabkan kita senantiasa harus mengasah nilai keikhlasan
ini. Kita perlu belajar ikhlas. Bisa karena kala kita memberikan sesuatu kepada
orang lain tetapi tidak dibalas setidaknya dengan ucapan terimakasih. Suasana
hati terasa berbeda dengan orang yang mengucapkan terimakasih kala kita
memberinya. Disitulah kita belajar ikhlas, bahwa kita memberi mudah-mudahan
sebagai investasi amal kita. Kadang hanya nama kita tidak disebutkan saat kata
sambutan sebuah kegiatan, suasana hati dan kejiwaan kita terasa berbeda,
disitulah kita belajar ikhlas. Kadang seseorang lupa menyebut nama lengkap dan
gelar kita, sudah terasa ada yang aneh ditelinga kita, disitulah kita belajar
ikhlas. Hampir setiap aktifitas kita dapat dikaitkan dengan olah jiwa yang satu
ini yakni ikhlas. Ikhlas berarti tulus hanya karena Allah.
Satu sikap yang berdekatan dengan ikhlas adalah sabar.
Kata ini dengan mudah ditemukan dalam al-Quran, diantaranya dalam QS. 2: 155.
Menurut Prof. Nasaruddin Umar, kata shabir menunjukkan kepada orang yang
sabar, tetapi kesabarannya masih temporer, masih memberi batas, dan
sewaktu-waktu masih bisa lepas kontrol sehingga kesabaran menjadi lenyap. Menurutnya
ada satu sikap yang melebihi dari sikap sabar ini yakni mashabir, kata
ini bermakna orang yang sabar dan kesabarannya bersifat permanen tanpa batas.
Kalau ada orang yang membatasi kesabaran dalam kurun waktu tertentu, seperti
ungkapan "tapi kesabaran kan punya batas", maka orang itu belum masuk
kategori mashabir. Tingkatan mashabir ini ditunjukkan oleh Nabi
Ayyub as yang memiliki kesabaran pada tingkat ini berupa penyakit kulit.
Sabar sebagai
sikap yang dianjurkan agama dekat dengan sikap ikhlas. Jika sabar bermakna
tabah melaksanakan perintah Allah, sabar menerima musibah dan sabar
meninggalkan maksiat maka ikhlas adalah sikap ridha dengan ketentuan yang
diberikan-Nya. Antara pujian dan cacian tidak membuatnya menjadi sombong atau
putus asa. Sikap inilah yang dimiliki oleh mereka yang telah mencapai maqam
tertentu dan karenanya kita dianjurkan untuk mengikuti jejak kemuliaan ini.
Merasa dirinya
serba bisa dan atau sebaliknya putus asa adalah diantara cobaan yang diberikan
Allah. Jika kala sukses kita merasa bisa dengan sendirinya dan jika gagal kita
merasa paling bodoh sedunia maka sikap ikhlas dan sabar menjadi tameng
berikutnya.
Kita memang
harus banyak belajar. Belajar ikhlas. Semoga**
Belajar menjadi
ikhlas berarti belajar untuk tetap seimbang dengan tidak merasa naik dan besar
diri oleh pujian dan tidak merasa risih dan benci kala dicerca dan dicaci. Bagi
mereka pujian atau cercaan sama saja. Belajar ikhlas bermakna ia belajar untuk
melupakan kebaikan yang pernah dilakukan. Ikhlas sesuatu yang sirr
(tersembunyi) dan hanya Allah SWT yang bisa memberikan penilaiannya, tersembunyinya
ikhlas sebagaimana tidak ditemukannya kata ikhlas dalam surat al-Ikhlas.
Tidak ada komentar