Menjadikan Sebab Kita Harus Terus Belajar
Setiap kita pasti pernah
merasakan sakit hati, kesal dan menjengkelkan dari sikap orang lain kepada
kita. Tetapi jika kita jujur, apakah rasa itu semua disebabkan karena sikap
mereka memang begitu adanya atau justru mungkin berawal dari sikap negatif kita
merespon mereka yang kemudian berbalik pada kita.
Tulisan ini mengajak kita semua
untuk banyak belajar dari apa yang ada disekitar kita. Intinya adalah kita
harus terus dan terus belajar. Manusia yang mengatakan merasa cukup untuk belajar
menunjukkan disitulah letak kekurangannya. Dari siapapun kita bisa belajar.
Sebuah tulisan menarik dan menginspirasi dari sosmed penulis temukan, kalimat inspiratif itu
adalah:
Sahabatku,
ingatlah jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita
belajar IKHLAS.
Jika
semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR
Jika
setiap doa kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR
Ketika kerjamu tidak dihargai,
maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN
Ketika usahamu dinilai tidak
penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN
Ketika hatimu terluka sangat
dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN
Sahabatku, ketika kamu lelah dan
kecewa maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN
Ketika kamu merasa sepi dan
sendiri maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN
Saudaraku, memang demikian
adanya, kalimat-kalimat inspiratif di atas mengajarkan dan mengingatkan kita
bahwa kadang apa yang menjadi harapan kita tidak selalu sejalan dan selurus apa
yang terjadi, kita berharap orang menghormati kita namun ada sebagian yang pasif, disinilah kita diajarkan
tentang sabar dan ikhlas. Disaat kita diremehkan disitulah kita belajar mengendalikan
diri. Sungguh luar biasa, jika tidak ada duka nestapa dan kekecewaan maka tidak
akan muncul sikap sabar, qonaah, istiqamah dan sebagainya.
Sulit dan susah memang, tetapi bahwa untuk menjadi pribadi yang
matang perlu proses dan kadang proses itu lewat jalan yang terjal, penuh duri
dan menegangkan. Berharap pertolongan pada Allah SWT adalah kunci utama yang
harus dipegang kuat-kuat. Bahwa Ia tidak akan menurunkan musibah dan cobaan
yang kita tidak sanggup memikulnya.
Prof.
Dr. Nasaruddin Umar dalam kajian tasawufnya menyebutkan sikap muslim selalu berada dalam kebaikan yakni dalam
kebaikan syukur dan sabar. Syukur sebagai respon wajib terhadap berbagai
kenikmatan yang diperoleh dan sikap sabar yang menunjukkan cerdasnya spiritual
seseorang atas musibah yang diterima.
Apakah
semua kebaikan akan diterima Allah SWT? Diterima atau tidaknya amal manusia
adalah hak prerogatif Allah SWT. Tugas kita adalah menaburkan kebaikan
dimanapun kita berada. Ia yang memiliki otoritas penuh untuk menolak atau
menerima, sehingga malaikatpun tidak bisa mendeteksi apakah amal manusia
diterima atau tidak. Karenanya kebaikan betul-betul akan murni bernilai
kebaikan jika ikhlas menjadi kuncinya. Ikhlas tersembunyi dan tidak nampak,
tidak bisa diukur sebagaimana QS. al-Ikhlas yang kata itu tidak ditemukan dalam
rentetan ayatnya yang empat tersebut. Tetapi bahwa ikhlas manakala menjadi
dasar untuk setiap perbuatan maka ia mampu mengundang turunnya pertolongan Allah SWT, memancing datangnya rahmat Allah
SWT dan menstimulus tibanya bantuan-bantuan lain yang terkadang tidak kita
sangka kehadirannya (min haitsu la yahtasib).
Kekecewaan
dan ketidaksenangan yang diterima sejatinya mengajarkan kita untuk memahami
nilai-nilai positif yang diajarkan oleh agama yakni sabar, ikhlas, tawakkal,
qonaah, istiqamah dan sebagainya. Semoga*
Tidak ada komentar